Jumat, 04 Januari 2019

Menjaga Kenangan Namun Tak Paham Caranya (Buku Kumpulan Puisi iaku Karya Ari Kpin)


Judul Buku        : iaku
Penulis                : Ari Kpin
Penerbit              : Rumput Merah
Tahun Terbit      : 2018
Tebal                   : 112 halaman
ISBN                   : 978-602-60309-3-1


Penasaran meliputi pikiran ketika saya membaca buku ini. Perasaan itu muncul ketika saya membaca siapa tangan lincah yang berhasil meramu kata untuk puisi-puisi ini. Dialah Ari Kpin, sosok yang awalnya saya ketahui sebagai seorang sastrawan yang sering meramu puisi dengan musik yang asik sehingga jadilah sebuah musikalisasi puisi yang apik dan hati yang merasakan tak akan berkutik. Biasanya ia membawakan musikalisasi puisi dari puisi beberapa sastrawan hebat dalam dan luar negeri. Maka ketika buku yang ditulisnya ini terbit, seakan mengobati sedikit kerinduan akan penampilannya kala mengisi acara sastra.

Iaku, judul buku ini diambil dari salah satu puisinya yang berjudul iaku. Buku ini diterbitkan September 2018 oleh penerbit Rumput Merah dan di dalam buku ini berisi 112 halaman dengan 99 puisi didalamnya. Entah mengapa ia tidak menggenapkan saja puisinya menjadi 100 buah. Mungkin agar sama seperti Asmaul Husna yang juga 99 buah, hal itu masih belum bisa dipastikan. Puisi-puisi ini ditulis dari rentang waktu 2005 hingga 2018. Maka sesuai judul resensi ini yang diambil dari kata-kata pada puisi iaku, bahwa buku ini merupakan cara Ari Kpin menjaga kenangan yang selama ini ia alami lalu meramunya menjadi puisi dan kemudian dikumpulkan menjadi buku kumpulan puisi yang bisa menjaga kenangan tersebut bahkan membaginya kepada orang lain yang mungkin memiliki kenangan yang sama sepertinya.

Dari puisi-puisi ini terungkap gaya tulisan Ari Kpin selama ini dalam menulis puisi. Selain hanya menggunakan kata kiasan, ia juga suka membalik-balikan larik dalam puisinya. Seperti pada puisi berjudul “Pengakuan Seorang Perempuan Terhadap Perempuan Lainnya”. Ia membuat larik “aku pacar idaman / idaman pacar kamu//”. Keseluruhan isi puisi ini hanya membalikkan kalimat namun dapat memiliki makna yang saling berkaitan dan membuat puisi ini makin menarik walaupun sangat sederhana. Selain itu, ada pula beberapa puisi naratif seperti “Hah!?” dan “Banaspati”. Tapi selain itu, didalam buku ini beliau menulis pula puisi pendek yang hanya memiliki satu bait dan jika dilihat dari keterangannya puisi-puisi pendek ini ditulis pada tahun 2017. Lalu jika memperhatikan lagi isi dari puisi-puisi yang ditulis tahun 2017 ini hampir semuanya berkisaran mengenai cinta, seakan menggambarkan pada tahun tersebut sedang bermekaran suasana cinta. Kemudian ada yang unik dari segi bahasa yang digunakan yaitu diselipkannya bahasa sunda dalam beberapa kata yang digunakan. Seperti pada potongan bait puisi berjudul “Kuseduh Senyummu” yang berbunyi “”Ini kali ke sekian kita dipundungi poyan/” katamu tanpa keuheul//”. Ini menjelaskan bahwa ia tidak ingin melupakan bahasa yang ia peroleh dari tanah kelahirannya yaitu Garut. Ia pun tidak lupa menambah glosarium pada bagian bawah puisi agar pembaca yang tidak paham bahasa sunda bisa mengetahui arti dari kata-kata tersebut. Lalu, beberapa puisi juga menggunakan unsur pewayangan dalam bait-baitnya seperti dalam puisi berjudul “Tak Terhapus” yang salah satu lariknya adalah “kau tak tahu meradangnya seorang Rama,/ takkala Sinta lebih memilih dininabonokan Sri//”. Terakhir, puisi-puisi ini disusun berdasarkan tahun penulisan dari yang terbaru hingga terlama.

Buku kumpulan puisi iaku ini memang sangat menarik untuk dibaca. Hanya saja karena Ari Kpin menulis berbagai macam jenis puisi dari mulai puisi pendek hingga puisi naratif, pembaca harus siap dengan semua jenis puisi dan makna yang terkandung didalam puisi-puisi tersebut. Termasuk puisi “Banaspati” yang merupakan puisi naratif dan mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari yang penuh peristiwa dari mulai kesenangan hingga kesengsaraan. Puisi ini sangat menggambarkan keadaan dimasyarakat, namun karena jenisnya itu maka pembaca yang mungkin notabene tidak terlalu suka puisi panjang akan melewatkan puisi ini. Sayang sekali jika puisi “Banaspati” ini tidak dilirik sama sekali padahal pesan yang dikandungnya sangat dalam. Sisanya puisi-puisi ini sangat mudah dipahami dan terasa diambil dari hal-hal yang dekat dengan kita seperti keluarga, cinta, kehidupan, dan ada sedikit bumbu politik didalamnya.

Akhirnya, buku kumpulan puisi iaku karya Ari Kpin ini seakan membuka memori mengenai kehidupan kita baik suka maupun duka. Ia sama seperti kita, memiliki berbagai macam peristiwa yang terkenang selama ini. Namun beedanya ia tidak ingin semua peristiwa itu hanya berakhir disebuah kertas atau catatan kecil saja. Melalui buku ini, ia seakan berbagi dengan kita mengenai kisah yang dialaminya dan mungkin diantaranya ada yang memiliki peristiwa agak mirip dengan puisi-puisi ini. Melalui buku ini pula saya yakin bahwa semua peristiwa yang mungkin berkesan hingga terkenang selama ini bisa diabadikan hingga saya kelak bisa menceritakannya kembali kepada penerus-penerus saya. Semua puisinya berkesan dalam pikiran dan hati saya karena terasa dekat dengan kehidupan saya termasuk salah satu puisi yang akan saya gunakan untuk menutup tulisan ini.

“rasakan lembut daun ini, Nak
selembut itulah kasih sayang
bila aku mati
kenanglah aku setiap kaulihat dedaunan”

2017

(Selembut Daun karya Ari Kpin). ***Renna Maya Dwi Cahyati 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar