Judul Buku :
iaku
Penulis :
Ari Kpin
Penerbit :
Rumput Merah
Tahun Terbit :
2018
Tebal :
112 halaman
ISBN :
978-602-60309-3-1
Penasaran meliputi pikiran ketika saya membaca buku
ini. Perasaan itu muncul ketika saya membaca siapa tangan lincah yang berhasil
meramu kata untuk puisi-puisi ini. Dialah Ari Kpin, sosok yang awalnya saya
ketahui sebagai seorang sastrawan yang sering meramu puisi dengan musik yang
asik sehingga jadilah sebuah musikalisasi puisi yang apik dan hati yang
merasakan tak akan berkutik. Biasanya ia membawakan musikalisasi puisi dari
puisi beberapa sastrawan hebat dalam dan luar negeri. Maka ketika buku yang ditulisnya
ini terbit, seakan mengobati sedikit kerinduan akan penampilannya kala mengisi
acara sastra.
Iaku, judul buku ini diambil dari salah satu puisinya yang
berjudul iaku. Buku ini diterbitkan
September 2018 oleh penerbit Rumput Merah dan di dalam buku ini berisi 112
halaman dengan 99 puisi didalamnya. Entah mengapa ia tidak menggenapkan saja
puisinya menjadi 100 buah. Mungkin agar sama seperti Asmaul Husna yang juga 99
buah, hal itu masih belum bisa dipastikan. Puisi-puisi ini ditulis dari rentang
waktu 2005 hingga 2018. Maka sesuai judul resensi ini yang diambil dari
kata-kata pada puisi iaku, bahwa buku
ini merupakan cara Ari Kpin menjaga kenangan yang selama ini ia alami lalu
meramunya menjadi puisi dan kemudian dikumpulkan menjadi buku kumpulan puisi
yang bisa menjaga kenangan tersebut bahkan membaginya kepada orang lain yang
mungkin memiliki kenangan yang sama sepertinya.
Dari puisi-puisi ini terungkap gaya tulisan Ari Kpin
selama ini dalam menulis puisi. Selain hanya menggunakan kata kiasan, ia juga
suka membalik-balikan larik dalam puisinya. Seperti pada puisi berjudul “Pengakuan
Seorang Perempuan Terhadap Perempuan Lainnya”. Ia membuat larik “aku pacar
idaman / idaman pacar kamu//”. Keseluruhan isi puisi ini hanya membalikkan
kalimat namun dapat memiliki makna yang saling berkaitan dan membuat puisi ini
makin menarik walaupun sangat sederhana. Selain itu, ada pula beberapa puisi
naratif seperti “Hah!?” dan “Banaspati”.
Tapi selain itu, didalam buku ini beliau menulis pula puisi pendek yang hanya
memiliki satu bait dan jika dilihat dari keterangannya puisi-puisi pendek ini
ditulis pada tahun 2017. Lalu jika memperhatikan lagi isi dari puisi-puisi yang
ditulis tahun 2017 ini hampir semuanya berkisaran mengenai cinta, seakan menggambarkan
pada tahun tersebut sedang bermekaran suasana cinta. Kemudian ada yang unik
dari segi bahasa yang digunakan yaitu diselipkannya bahasa sunda dalam beberapa
kata yang digunakan. Seperti pada potongan bait puisi berjudul “Kuseduh
Senyummu” yang berbunyi “”Ini kali ke
sekian kita dipundungi poyan/” katamu tanpa keuheul//”. Ini
menjelaskan bahwa ia tidak ingin melupakan bahasa yang ia peroleh dari tanah
kelahirannya yaitu Garut. Ia pun tidak lupa menambah glosarium pada bagian
bawah puisi agar pembaca yang tidak paham bahasa sunda bisa mengetahui arti
dari kata-kata tersebut. Lalu, beberapa puisi juga menggunakan unsur pewayangan
dalam bait-baitnya seperti dalam puisi berjudul “Tak Terhapus” yang salah satu
lariknya adalah “kau tak tahu meradangnya seorang Rama,/ takkala Sinta lebih
memilih dininabonokan Sri//”. Terakhir, puisi-puisi ini disusun berdasarkan
tahun penulisan dari yang terbaru hingga terlama.
Buku kumpulan puisi iaku ini memang sangat menarik untuk dibaca. Hanya saja karena Ari
Kpin menulis berbagai macam jenis puisi dari mulai puisi pendek hingga puisi
naratif, pembaca harus siap dengan semua jenis puisi dan makna yang terkandung
didalam puisi-puisi tersebut. Termasuk puisi “Banaspati” yang merupakan puisi naratif dan mengisahkan tentang kehidupan
sehari-hari yang penuh peristiwa dari mulai kesenangan hingga kesengsaraan.
Puisi ini sangat menggambarkan keadaan dimasyarakat, namun karena jenisnya itu
maka pembaca yang mungkin notabene tidak terlalu suka puisi panjang akan melewatkan
puisi ini. Sayang sekali jika puisi “Banaspati” ini tidak dilirik sama sekali padahal pesan yang dikandungnya
sangat dalam. Sisanya puisi-puisi ini sangat mudah dipahami dan terasa diambil
dari hal-hal yang dekat dengan kita seperti keluarga, cinta, kehidupan, dan ada
sedikit bumbu politik didalamnya.
Akhirnya, buku kumpulan puisi iaku karya Ari Kpin ini seakan membuka memori mengenai kehidupan kita
baik suka maupun duka. Ia sama seperti kita, memiliki berbagai macam peristiwa
yang terkenang selama ini. Namun beedanya ia tidak ingin semua peristiwa itu
hanya berakhir disebuah kertas atau catatan kecil saja. Melalui buku ini, ia
seakan berbagi dengan kita mengenai kisah yang dialaminya dan mungkin
diantaranya ada yang memiliki peristiwa agak mirip dengan puisi-puisi ini.
Melalui buku ini pula saya yakin bahwa semua peristiwa yang mungkin berkesan
hingga terkenang selama ini bisa diabadikan hingga saya kelak bisa
menceritakannya kembali kepada penerus-penerus saya. Semua puisinya berkesan
dalam pikiran dan hati saya karena terasa dekat dengan kehidupan saya termasuk
salah satu puisi yang akan saya gunakan untuk menutup tulisan ini.
“rasakan lembut daun ini, Nak
selembut itulah kasih sayang
bila aku mati
kenanglah aku setiap kaulihat dedaunan”
2017
(Selembut Daun karya Ari Kpin). ***Renna Maya Dwi Cahyati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar